Ephorus HKBP Serukan Peninjauan Ulang Operasional PT TPL dan Minta Pemilik Usaha Dengar Suara Rakyat

Polemik mengenai operasional PT Toba Pulp Lestari (TPL) kembali mengemuka setelah Ephorus salah satu gereja besar di Tanah Batak menyampaikan pernyataan panjang dan menyentuh lewat akun Facebook pribadinya. Unggahan tersebut dengan cepat menyebar dan mendapat perhatian luas dari jemaat, aktivis lingkungan, dan masyarakat Tapanuli secara umum.

Dalam unggahan Facebook tersebut, Ephorus HKBP menyoroti dua hal pokok yaitu ketimpangan kondisi hidup masyarakat yang terdampak operasional perusahaan serta tanggung jawab moral pemilik usaha untuk mendengarkan jeritan rakyat.

Dalam tulisan yang diunggah di akun Facebook miliknya, Ephorus menjelaskan bahwa ada jurang besar antara kenyamanan yang dinikmati pemilik perusahaan dan pergulatan masyarakat kecil yang menurutnya ikut terdampak.

Ia mengutip pernyataan khusus yang belakangan banyak dibicarakan bahwa ada dua perbedaan mencolok yaitu bapak Sukanto Tanoto menerima triliunan rupiah dari operasional TPL, sementara dirinya (Ephorus) sering menanggung kerugian waktu,tenaga dan ketenangan hidup.

Lebih lanjut, dalam unggahan tersebut ia menegaskan bahwa penolakannya terhadap keberadaan TPL bukanlah soal iri terhadap kekayaan siapapun, melainkan karena keberpihakan moral terhadap rakyat dan lingkungan.

Ephorus juga menyoroti kondisi masyarakat yang sehari-hari berjuang mempertahankan hidup dari dampak lingkungan yang mereka keluhkan.Ia mengatakan agar bapak Tanoto melihat wajah letih petani, mendengar keluhan ibu-ibu yang kehilangan sumber kehidupan dan merasakan getirnya tanah yang berubah jadi debu.

Dalam unggahan Facebook tersebut, Ephorus juga mengungkapkan bahwa ia menghadapi berbagai tekanan dan hujatan dari pihak-pihak yang mendukung operasional TPL.

Namun ia menegaskan bahwa perjuangan ini bukan soal popularitas, tetapi soal kebenaran dan keberpihakan pada masyarakat.
"Karena ini perjuangan iman, semangat tidak akan pernah surut, kebenaran sering berjalan di lorong sempit dan sunyi,tetapi hati nurani tahu kemana harus melangkah"sebutnya .

Berdasarkan keresahan masyarakat serta suara-suara yang terus ia dengar dalam pelayanan, Ephorus menyerukan pemerintah agar meninjau ulang keberadaan PT TPL di kawasan Tapanuli.

"Jika suatu usaha membawa banyak mudarat bagi masyarakat dan lingkungan, pemerintah wajib turin tangan untuk mengevaluasi secara menyeluruh,bahkan menghentikannya" Pesan ini disampaikannya sebagai bentuk tanggung jawab moral gereja terhadap kehidupan jemaat dan kelestarian alam.

Pesan Terbuka untuk Sukanto Tanoto

Salah satu bagian paling menarik dari unggahan tersebut adalah pesan terbuka yang ia tujukan kepada pemilik perusahaan.Ia menuliskan "Sahabat yang akses kepada Pak Tanoto, tolong sampaikan salam saya.Kiranya beliau tersentuh untuk menutup TPL dan mensejahterakan seluruh pekerja pasca penutupan nantinya."

Ia menegaskan bahwa jika suatu saat operasional TPL dihentikan, para pekerja harus diberi perlindungan dan masa depan yang layak.

Ephorus juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para aktivis, masyarakat adat, pemerhati budaya, organisasi lingkungan, hingga tokoh-tokoh Batak yang selama ini konsisten menyuarakan kelestarian Tano Batak."Saya bersyukur berada dalam barisan jutaan orang yang berpikir jernih dan berjuang menegakkan keadilan"tulisnya.

Ephorus menutup pernyataannya dengan doa"Kiranya Tuhan memberkati setiap sahabat yang tanpa lelah memperjuangkan Tano Batak yang lestari dan masyarakat yang sejahtera".

Unggahan Facebook Ephorus ini menjadi salah satu pernyataan paling tegas dari pemimpin gerejawi terkait keberadaan PT TPL. Hingga kini, perdebatan mengenai dampak sosial dan lingkungan perusahaan tersebut masih terus bergulir, dan pernyataan ini diperkirakan akan memperkuat dorongan evaluasi dari berbagai pihak.

BOBLUIS

Via HEADLINE